Tentang menulis

Hari ini saya banyak melihat video-video yang sebelum hari ini enggan saya saksikan, ya.. Indonesian Lawyer Club, ILC sebuah acara dengan konsep menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan untuk menghasilkan sebuah diskusi dari semua pihak termasuk dari kalangan Lawyers. Saya kurang suka berdebat, menyaksikan orang berdebat, atau terlibat dengan perdebatan. Akan tetapi, entah kenapa hari ini, karena menyaksikan video yang awalnya berisi Menteri Susi Pudjiastuti, lalu teruuus mendadak mengkait ke video Fadli Zon, lalu berakhir ke Fahri Hamza (benar ya?) dan perdebatannya di ILC ini.

Walaupun kepala saya jadi pusing karena menyaksikan perdebatan, penjelasan-penjelasan dari ekspert2 yang sepertinya tidak mampu menjelaskan secara sederhana, saya belajar sesuatu. Sebuah petuah dari Prof Sahetapy (tidak semua yang beliau jelaskan mampu saya pahami juga), mengenai etika mengkritik. Dibawah ini kira-kira apa yang beliau ucapkan, akan tetapi tidak sama persis seperti apa yang beliau sampaikan,

Kalau anda memiliki pendapat, kritik yang membangun, silahkan dituliskan dalam bentuk tulisan. Saya akan menuliskan jawabannya. Akan tetapi kalau anda-anda hanya mampu mengkritik secara terpisah, anda mengkritik sana-sini, lebih baik anda menuliskan di koran, lalu saya akan menjawab.

Prof Sahetapy (Indonesian Lawyer Club, ILC) , sumber video youtube.com (lupa episode yang mana, sepertinya episode mengenai Hukuman mati atau DPR bersama Fahri Hamza)

Saya jadi baper dengan apa yang beliau nasehatkan. Saya pribadi selama ini, mungkin juga hanya mampu mengkritik ide, pendapat orang lain atau pemerintah, secara morat marit. Tidak tersusun rapi dalam bentuk tulisan ilmiah. Hasilnya? semata-mata kritikan itu hanya menjadi sebuah kritikan, yang kadang kebenarannya bisa jadi berubah-ubah berdasarkan emosi saya.

Akan tetapi, apabila sebuah kritikan disampaikan dalam bentuk tulisan ilmiah. Maka akan ada dua keunggulan yang dihasilkan, yang lebih efektif dibanding dengan kritikan yang disampaikan secara oral. Yang pertama (1) kritikan dalam bentuk tulisan ilmiah jelas menampilkan siapa penulisnya, siapa yang mengutarakan kritikannya. Kenapa ini menjadi penting, bagi saya walaupun di era yang serba canggih ini, video dan audio recorder mampu menjadi pengganti lebih ampuh, tulisan tetap merupakan alat bukti yang valid dan classy.

Kritikan dalam bentuk tulisan (2) mengedepankan keteraturan berpendapat. Melalui tulisan, kemungkinan besar untuk mengeluarkan ide yang terpengaruh oleh suasana hati sangat kecil. Tulisan ilmiah dengan struktur penulisannya mendorong penulis untuk menggunakan kosa kata ilmiah, yang persuasif tetapi tidak emosi. Walaupun proses kritik-respon akan menjadi memakan waktu, menurut saya kritikan dengan tulisan membentuk pribadi-pribadi berpikir kritis dalam ranah ilmiah.

Lain halnya dengan kritikan yang disampaikan secara oral, secara langsung, dalam sebuah diskusi, kritikan tersebut cenderung (1) tidak teratur. Pengkritisi yang secara langsung mengkritik, biasanya tidak memiliki batasan masalah. Hal ini bisa menimbulkan debat kusir, atau penjelasan yang ngalor ngidul. Selain itu, karena kritikan dilontarkan secara langsung, terkadang pihak yang dikritik tidak memiliki back up kesiapan informasi dan data tentang apa yang menjadi topik kritikan. Kritikan ini dapat mendorong (2) ke arah bullying/humilitating. Mungkin bagi kebanyakan orang, bullying ini dibenarkan, karena terlalu parahnya kebodohan pihak yang dikritik. Akan tetapi bagi saya, hal semacam itu sama-sama tidak terdidiknya.

Kritikan secara oral, secara langsung tidak selalu mengarah ke hasil yang negatif. Ada beberapa segi positifnya juga. Tetapi, menurut pendapat saya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang masih muda demokrasi-nya, masih muda tingkat keterdidikannya (bukan tentang titel atau sarjana). Diiringi dengan tingkat ekonomi yang masih menengah kebawah, dan keberagaman identitas yang dimiliki, kritikan dalam bentuk tulisan merupakan sarana yang terbaik untuk saling berargumen.

#belajarmenulis

 

 

 

 

4 thoughts on “Tentang menulis

  1. pondrafi says:

    Horeee, akhirnya ada tulisan baru lagi dari kakak yang satu ini. Semakin kritis, tajam, dan tepercaya.
    Tulisan kayaknya bakal menjadi media yang tidak akan pernah hilang dimakan zaman ya Mbak. Toh dari zaman batu sampai sekarang, yang namanya tulisan tetep saja ada untuk mendokumentasikan sesuatu.

    • rizkyadiwordsoflife says:

      ehehehehe tidak menyangka ada pemirsa :p makasih pondraa! iyo ki lagi berusaha memaksa diri menulis, bwahahaha tp blm jadi kritis, tajam, terpercaya.. :p
      Iya pon, aku pengen berpikir spt itu.. pengen lebih banyak menulis. Walau terlambat menyadari, omonganku ternyata blabberish hehe, jadi kepengen lebih menteraturkan lg.

Leave a comment